Safety Can Be Fun, Diskusi Tualang Yang Seru

Dari kiri: Dokter Heri, Purna, Adit

Kegiatan di alam bebas memang beresiko, trutama belakangan ini pendakian gunung makin intens dilakukan. Padahal kegiatan yang satu ini memiliki resiko yang cukup tinggi apabila tidak mengetahui ilmunya, beberapa kesalahan yang mengakibatkan kecelakaan di alam dapat diklasifikasikan menjadi dua faktor utama yaitu foktor internal dan external. Faktor internal merupakan faktor yang di sebabkan dari petualang itu sendiri baik dari kemapauan fisik, perlengkapan, dan keterampilannya, sedangkan faktor external dapat berupa perubahan cuaca yang tiba-tiba, bencana alam dan lainnya yang berasal dari luar kendali petualang. 

***

Sabtu, 21 September 2024, giat diskusi yang dilakukan oleh Kamunitas Tualang di Eiger Sunset Road bertema "Safety Can Be Fun", membagikan pengalaman tentang pendakian gunung yang aman dan menyenangkan. Jam 4 acara sudah dimulai, diawali dengan fun boarding, selanjutnya jam 19.00 acara diskusipun dimulai. Pemateri yaitu Mas Purna seorang penggiat alam, dan Dokter Heri seorang dokter dan aktif dalam kegiatan outdoor. Diskusi tersebut dimoderatori oleh ketua Komunitas Tualang Indonesia yaitu Adit. 

Sebagai pemantik Dokter Heri, menggaris bawahi berani bukan menjadi modal utama saat pendakian, tapi juga harus tau ilmunya.  "Kegiatan outdoor tentunya memancing kebranian seseorang, tetapi hal itu mesti di garis bawahi dengan mengetahui teknik dan ilmunya. Suatu pendakian, puncak memang menjadi tujuan tapi tujuan utama dalam sebuah pendakian adalah pulang dengan selamat, mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan dan perlengkapan menjadi hal yang utama" Kata dokter yang sekaligus Founder dari Komunitas Tualang Indonesia. 

Selain berbagi pengalaman saat mendaki di beberapa gunung Dokter Heri juga berbagi ilmu dalam melakukan kegiatan di alam. Seperti penggunaan gear peralatan dalam mendaki dan berbagi tips tentang penyakit yang dapat terjadi saat melakukan hicking dan tracking, sampai ke praktek penanganan hipotermia dan tips kesehatan sebelum dan saat mendaki. 

Jelasnya, hipotermia sendiri menjadi hal yang sangat mungkin terjadi di Gunung, udara yang dingin dan hujan menjadi penyebab utama penyakit ini. Saat hipotermia kondisi suhu tubuh mengalami penurunan di bawah suhu normal, sehingga sumber kehangatan sangat dibutuhkan dalam kondisi tersebut. "Saat hipotermia suhu tubuh akan berada di bawah suhu normal, ada pun 3 klasifikasi Hipotermia yaitu hipotermia ringan, sedang dan berat. Hipotermia ringan terjadi ketika suhu tubuh berada dikisara 32-35 C dengan gejala mengigil, masih ada respon saat dipanggil, detak jantung masih ada. Hipotermia sedang suhu tubuh diantara 28-32 C dimana kesadaran sudah mulai menurun, dan sudah tidak menggigil, Sedangkan Hipotermia berat suhu tubuh berada dibawah 28 C, keadaan penderita sudah tidak sadar, nadi lemah, bahkan tubuh sudah kaku." Jelas Dokter Heri, ia juga menyarankan saat pendakian membawa termometer agar bisa mengukur suhu tubuh sehingga mengetahui tingkat hipotermia yang terjadi. 

Dokter Heri juga memberikan tips agar terhindar dari hipotermia. Mengetahui informasi terkait kondisi medan diperlukan sebelum pendakian, persiapan perlengkapan dan mengetahui kondisi fisik diri sendiri sangat penting. "Saat kondisi tubuh yang tidak fit sebaiknya jangan memaksakan diri untuk melakukan pendakian, memilih hari lain akan lebih bijak selain itu pakaian juga perlu dipertahatikan dalam pendakian. Ada tiga layer yang perlu diterapkan saat mendaki, pertama Base layer berupa baju yang mudah menyerap keringat dan ringan, kedua Mid Layer berupa baju hangat bisa terbuat dari bahan bulu hewan seperti domba dan yang ketiga adalah Outer pakaian yang dapat menahan masuknya angin" Papar Dokter Heri. Ia juga berpesan kepada pendaki kegiatan yang aman akan menyenangkan, planing dan persiapan adalah harga mati dalam pendakian gunung. Safety first saat pendakian sangat penting. 

Selaian dokter Hari diskusi tersebut juga mengajak Kak Purna yang sudah memiliki pengalaman mendaki di beberapa daerah. Ia menekankan bahwa perlengkapan saat pendakian sangat perlu diperhatikan. "Saat pendakian gear dapat disesuaikan melihat lamanya pendakian, seperti hiking dan tracking. Hiking yaitu pendakian yang dapat ditempuh dalam waktu sehari, para pendaki sekarang menyebutnya tektok, sedangkan tracking membutuhkan waktu lebih dari 1 malam. Penyesuaian gear yang akan di bawa dengan medan yang akan dilalui diperlukan agar saat membawa barang tidak berlebih dan tidak kekurangan" Jelas Purna. Ia juga menggaris bawahi bahwa "Gunung tidak pernah peduli entah siapa pendakinya, baik pendaki yang berpengalam atau tidak. Persiapan perlengkapn dari ujung kepala dan ujung kaki mesti dilakukan dan yang tidak kalah penting juga peralatan survival" Paparnya. Alat-alat safety dalam pendakiaan kini sudah bisa diakses dengan mudah, beberapa toko outdor sudah banyak yang menyedikan. Kak Purna menambahkan dalam diskusi itu "Ada banyak bahaya yang mengintai saat kegiatan outdoor. Semua itu akan menyenangkan jika melengkapi dengan fisik, peralatan dan survival kit. Dan jangan pernah meremehkan gunung" Pungkasnya. 

Acara diskusi itupun selasi pukul 9.20 dikahiri dengan sesi tanya jawab dan prakter CPR oleh Dokter Heri kepada peserta diskusi. 

Comments

Popular posts from this blog

Manajemen Perjalanan, Bekal Sebelum Mendaki

Singaraja Panas, Ada Kesejukan Di Pasar Intaran